Feeds:
Posts
Comments

Fashion sebagai komunikasi

Tidak hanya sekedar pelindung, agaknya fashion telah berucap banyak hal tentang siapa diri kita sebenarnya. Bicara tentang fashion berarti kita bicara tentang sesuatu yang sangat erat dengan kehidupan kita. Tidak bisa kita bayangkan hidup tanpa helai pakaian yang dapat menutupi tubuh kita. Secara umum, pakaian memang sebagai alat pelindung tubuh dan untuk menjaga kesopanan. Tetapi tahukah kita tentang apa yang dikatakan oleh pakaian kita kepada orang-orang yang kita temui ?
Sebelum membahas lebih jauh tentang fashion, alangkah baiknya kalau kita juga mengetahui apa makna kata “fashion” itu sendiri. Kata “fashion” yang sering kita ucapkan meminjam dari istilah bahasa asing yang artinya “busana” atau “pakaian” (Peter, Vol.3, 1987:679). Lebih tepatnya lagi kata “Fashion” berasal dari bahasa Latin “factio” yang artinya membuat atau melakukan. Arti kata fashion sendiri mengacu pada kegiatan yaitu sesuatu yang dilakukan seseorang. (Barnard, terj., Ibrahim dan Iriantara, 1996:11).
Tanpa kita sadari, fashion adalah alat komunikasi non-verbal yang dapat dilihat dari cara kita berpakaian. Fashion yang kita kenakan mencerminkan tentang siapa diri kita. Fashion bukanlah sesuatu yang nyata, tetapi dapat kita uangkapkan secara nyata melalui pakaian. Fashion sendiri merupakan suatu cara yang kita lakukan untuk penampilan kita. Ketika kita melihat orang, hal pertama yang akan kita lihat adalah penampilanya. Penampilan itu merupakan keadaan diri dari ujung rambut sampai ujung kaki yang tampak dan dapat dilihat oleh mata kita. Bahkan ketika orang yang kita temui bukanlah orang yang fashionable, maka kita akan tetap mencoba untuk mendiskripsikan keadaan dirinya melalui pakaian yang ia kenakan dan begitu juga sebaliknya.
Fashion juga mencerminkan suasana hati seseorang, ketika kita memilih model dan warna pakaian yang ingin kita kenakan, secara tidak kita sadari kita telah berusaha menterjemahkan suasana hati kita melalui pakaian. Orang-orang yang cenderung fashionable lebih mudah ditebak suasana hatinya melalui pakaian yang ia kenakan. Ketika kita termasuk orang yang peduli akan penampilan, maka kita akan berusaha tampil menarik apapun suasana hati kita, tetapi keadaan kita tetap akan mempegaruhi cara kita memilih warna dan model pakaian yang akan kita kenakan. Perlu kita ketahui juga bahwa orang-orang yang fashionable cenderung lebih mudah menjadi korban mode. Mereka tidak bisa berpatokan pada kenyamanan sebuah pakaian, tetapi mengikuti setiap perubahan model pakaian merupakan keharusan yang tanpanya ia akan merasa ketinggalan jaman dan bahkan cenderung tidak nyaman.
Fashion merupakan cerminan dari ideology kelompok. Secara nyata, fashion dapat menjadi identitas dari suatu kelompok social tertentu. Seperti kita ketahui cara berpakaian orang-orang Barat dan Timur. Bukan hal yang asing lagi ketika wanita-wanita Barat keluar rumah hanya dengan pakaian yang ala kadarnya yang lebih pantas kalau kita sebut dengan pakaian dalam, mereka berjemur di pantai tanpa busana dan itu bukanlah sesuatu yang perlu untuk menjadi pusat perhatian karena memang itu tidak dianggap vulgar oleh mereka. Sedangkan kita sebagai orang Timur yang terkenal dengan nilai kesopanan, dalam berbusana kita dituntut untuk dapat menjaga nilai itu, dan akan dianggap tidak senonoh ketika kita mengenakan pakaian yang terlalu menampilkan bentuk tubuh. Tetapi di jaman globalisasi ini, sedikit banyak adat ketimuran kita telah di pengaruhi oleh budaya Barat. Trend-trend fashion wanita berubah sangat cepat dan sebagian besar di adopsi dari mode pakaian ala Barat, pakaian yang terbuka sudah menjadi pakaian yang layak pakai disini. Tetapi masih banyak juga orang-orang Timur yang berusaha untuk mempertahankan identitas budayanya dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan itu.
Pakaian adat merupakan bagian dari fashion yang dapat di jadikan sebagai simbol kebudayaan. Di Indonesia sendiri saja terdiri dari berbagai propinsi yang masing-masing memiliki pakaian adat. Ini merupakan kekayaan budaya yang dapat mewakili identitas sosial setiap budaya.pakaian adat biasa kita sebut dengan istilah kostum. karena memang tidak dapat berubah mengikuti perubahan mode yang ada di pasaran dan tetap mempertahankan bentuk aslinya, sehinga bisa di bilang bahwa pakaian adat itu bersifat unfashionabel. Pakaian adat merupakan cerminan setiap bangsa, seperti apapun keadaan dan sampai kapanpun pakaian adat tetap seperti pada awalnya. Pakaian adat biasanya hanya digunakan pada kesempatan-kesempatan tertentu dan merupakan kebanggaan tersendiri ketika kita mengenakan pakaian adat. Kita mempunyai suatu identitas dan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu.
Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, fashion merupakan sesuatu yang abstrak tetapi dapat diterjemahkan melalui pakaian. Jadi melalui brand yang tetera pada pakaian pula lah fashion dapat mengatakan status social seseorang. Brand-brand internasional berusaha untuk merubah mode dan brand-brand local berusaha untuk mengikutinya. Tidak sembarang orang mampu mengenakan produk fashion dari brand internasional, bahkan ketika brand-brand local harus meniru brand internasional dengan kwalitas dan harga yang jauh lebih murah guna memenuhi tuntutan konsumen yang berasal dari berbagai kalangan. Tetapi tetap saja semua dapat dibedakan, dan status social seseorang tetap akan terlihat dengan jelas ketika mereka mengenakan pakaian dari brand tertentu.
Hal yang tidak bisa lepas dari fashion adalah perancangnya. Seorang perancang pakaian menciptakan suatu pakaian untuk memperlihatkan suatu citra tertentu kepada orang lain. Perancang pakaian menentukan bagaimana baju akan tampak dimata orang lain. Pilihan bentuk dan bahan akan bergantung pada tujuan baju itu apakah agar kelihatan fashionable, ataukah akan dipakai untuk bersantai, olahraga atau bekerja. Mereka akan memikirkan bagaimana sehelai bahan akan terlihat sehingga tampak indah ketika fashion menyampaiakan pesan kepada orang-orang yang kita temui.
Dari pemaparan diatas, terlihat jelas bahwa komunikasi dapat dipengaruhi oleh fashion. Ketika memilih pakaian sebaiknya harus disesuaikan dengan kepribadian kita karena pakaian kita merupakan perlambangan jiwa kita (Carlyle, seperti dikutip Barnard, 1996:vi). Kita harus merasa nyaman dengan apa yang kita kenakan dan bukan hanya semata-mata mengikuti selera rendah fashion yang mengekploitasi bentuk tubuh, membuat kita konsumtif dan hanya sekedar mendapat penilaian bahwa kita adalah orang yang fashionable. Jadi ketika kita memilih pakaian, pilihlah yang dapat mewakili kepribadian kita. Fashion itu jujur dan apa adanya. Fashion akan bercerita tentang keadaan diri kita melalui pesan-pesan non-verbal yang kita buat sendiri melalui cara berpakaian kita. Fashion kita lah yang akan berusaha mengatakan siapa diri kita kepada orang yang belum kita kenal tetapi hanya sekedar melihat kita. Fashion juga yang akan membuat orang tertarik atau tidak untuk mengenal kita. Maka dari itu, penting kiranya untuk kita menjaga fashion agar dapat mewakili kepribadian kita dan tidak membuat orang beranggapan salah bahkan buruk ketika mereka melihat kita untuk pertama kalinya. Khususnya bagi para wanita sangat penting untuk menjaga cara berpakaian, apalagi sebagai wanita Asia yang terkenal dengan adat ketimuran yang selalu menjunjung tinggi nilai kesopanan.

Pribadi Memeshona

Pribadi memeshona itu menurut saya adalah pribadi yang tahu akan kodratnya. Kalau cowok ya harusnya bisa bersikap layaknya seorang cowok dan tahu akan tugas-tugasnya serta batasan-batasannya, begitu pula sebaliknya. seorang cewek yang ingin dianggap memeshona harus tahu pula kordatnya walaupun ia memiliki karier setinggi langit. tapi…jangan salah “memeshona” itu beda lho sama “mempesona”…bedanya ya…pikir aja sendiri.

kalau tulisan saya ini menyinggung segelintir  para aktivis memeshona ya…maaf-maaf saja. bukan maksud menyakiti hati. Soalnya pribadi memeshona yang biasa digembar-gemborkan di sekolah-sekolah kepribadian, kampus atau apalah itu justru dipegang oleh para pengajar yang menurut pendapat orang-orang justru tidak mencerminkan sebuah pribadi yang memeshona dalam arti lain yang ngajar rada-rada “bencong” gitu…

seperti pengalaman saya semester ini, sebuah mata kuliah di Publik Relations yang didalamnya membahas tentang pribadi memeshona sepanjang smester justru tidak sesuai dan malah menimbulkan kerancuan kepribadian karena dosen pengampunya saya dinilai banyak mahasiswa tidak mencerminkan sebuah pribadi memeshona itu sendiri.

Kok bisa ya…???

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!